-->

Makalah Hakikat Sistem Pendidikan Islam

1 comment
Hakikat  Sistem  Pendidikan  Islam

BAB I

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Pendidikan merupakan dasar insan untuk memulai hidup, sehingga menjadi akad bersama bahwa pendidikan sangat mempunyai kiprah yang luhur dan agung. Sifat yang agung ini ditunjukkan dari kiprah pendidikan yang dipahamai sebagai pertolongan bekal akseptor didik untuk menghadapi masa depannya. Dalam lagu kebangsaan Indoneisia Raya salah satu lirik lagunya menekankan “bangunlah jiwanya, bangunlah raganya” ini terbukti secara komsuntif pendidikan sangant dibuthkan.

Pendidikan merupakan peroses untuk mendewasakan insan atau kata lain pendidikan merupakan untuk “memanusiakan manusia” Melalui pendidikan insan sanggup tumbuh dan berkembang secara normal dan tepat sehingga sanggup melaksanakan tugasnya sebagai manusia.

Pendidikan sanggup mengubah insan dari tidak tahu menjadi tahu, dari sikap jelek menjadi tabiat yang baik, pendidikan mengubah semuanya. Begitu penting Pendidikan dalam Islam, sehingga menjadi kewajiban perorangan.

Pendidikan membutuhkan suatu sistem semoga tujuan mulia dari pendidikan itu tercapai. Dan makalah ini akan mencoba menjelaskan sistem dalam pendidikan itu.


B.     Rumusan Masalah

1.    Pengertian Sistem
2.    Ciri-ciri Sebuah Sistem dan Komponen-komponen
3.    Pendekatan Sistem
4.    Model Perumusan Sistem Pendidikan
5.    Perbedaan Sistem Pendidikan Islam dan Non Islam
6.    Prinsip-prinsip Pendidikan Islam

BAB II

PEMBAHASAN


A.           Pengertian Sistem

Sistem berasal dari bahasa Yunani ( sistema ) yang berarti sehimpunan potongan atau komponen yang saing bekerjasama secara teratur dan merupakan siatu keseluruhan. Menurut D.G. Ryans sistem yaitu sejumlah elemen ( obyek, orang, aktivitas, rekaman, warta dan lain-lain ) yang saling berkaitan dengan proses dan struktur secara teratur dan merupakan kesatuan organisasi yang berfungsi untuk mewujudkan hasil yang sanggup diamati ( sanggup dikenal wujudnya ) sedangkan tujuan yang tercapai. Menurut Sanafiah Faisal istilah sistem munuju kepada totalitas yang bertujuan dan tersusun dari rangkaian unsur dari komponen.

J.W. Getzel and E.G. Guba mengemukakan pada umumnya sistem sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Terdiri dari unsur-unsur yang berkaitan anatara satu sama lainnya.
2. Berorientasi pad tujuan ( goal oriented ) yang telah ditetapkan.
3. Didalamnya terdapat peraturan – peraturan tata tertib banyak sekali kegiatan sebagainya.[1]

Istilah sistem digunakan untuk menunjuk beberapa pengertian sebagaimana dicontohkan oleh Fuad Ihsan misalnya[2] :

Diapakai untuk menunjuk adanya suatu himpunan bagian-bagian yang saling berkaitan secara alamiah maupun oleh budidaya insan sehingga menjadi suatu kesatuan yang bundar terpadu. Misalnya sistem tata surya.

Sistem sanggup menunjuk adanya alat-alat atau organ badan secara keseluruhan yang secara khusus menunjukkan andil terhadap berfungsinya fungsi badan tertentu yang rumit namun amat vital. Misalnya sistem syaraf.

Sistem sanggup digunakan untuk menunjuk sehimpunan gagasan atau ilham yang bersusun dan terorganisasi sehingga membentuk suatu kesatuan yang logis. Misalnya sistem pemerintahan demokratis.
Sistem sanggup digunakan untuk menunjuk suatu hipotesis atau uraian suatu teori. Misalnya pendidikan sistematis.

Sistem sanggup digunakan untuk menunjuk pada suatu cara atau metode. Misalnya sistem mengetik sepuluh jari, system mencar ilmu jarak jauh, system modul dalam pengajaran. Sistem yaitu suatu kesatuan dari komponen-komponen yang masing-masing berdiri sendiri tetapi saling terkait satu dengan yang lain, sehingga terbentuk suatu kebulatan yang utuh dalam mencapai tujuan yang dinginkan.[3]

Lebih tegas Ramayulis menyatakan bahwa sistem yaitu sejumlah elemen (obyek,orang,aktivitas,rekaman,informasi dan lain-lain) yang saling berkaitan dengan proses dan struktur secara teratur dan merupakan kesatuan organisasi yang berfungsi untuk mewujudkan hasil yang diamati (dapat dikenal wujudnya) sedangkan tujuan tercapai.

Dari keterangan diatas sanggup dikatakan bahwa sistem merupakan hal penting yang harus dibangun untuk menjalankan/menggerakan maksud dari sebuah impian atau sebuah pekerjaan yang akan kita lakukan.

Pendidikan merupakan system tersendiri di antara banyak sekali system di dunia ini, kendatipun ada perinciannya dan unsure-unsurnya yang bersamaan. Dia merupakan system tersendiri, baik perihal cakupannya maupun perihal kesadarannya terhadap detak-detak jantung, gesekan hati, karsa dan rasa manusia.[4]

Dari banyak sekali literature sepertinya Pendidikan Islam sebagai suatu sistem tidaklah sama dengan system pendidikan kontemporer pada umumnya. Hal ini juga disinyalir oleh Ramayulis “ pendidikan Islam mempunyai system yang berbeda dengan system pendidikan lain.[5] Namun pendidikan Islam yang didasrkan pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi tidak menyebutkan secara spesifik perihal system pendidikan

Pendidikan Islam yang akan mencorakkan masyarakat Islam bukanlah sistem pendidikan yang berasaskan sesuatu yang gila dari pada Islam, diimport dari Barat atau yang telah disempurnakan dengan memasukkan beberapa unsur Islam ke dalamnya kerana sebagai pola kebanyakan sistem yang ada gersang akan aspek-aspek kerohanian


B.            Ciri-ciri Sebuah Sistem dan Komponen-Komponen

Komponen atau ciri-ciri sistem yaitu potongan yang membentuk sebuah sistem, diantaranya:

1. Objek, merupakan bagian, elemen atau variabel. Ia sanggup berupa benda fisik, abnormal atau keduanya.
2. Atribut, merupakan penentu kualitas atau sifat kepemilikian sistem dan objeknya.
3. Hubungan internal, merupakan penghubungan diantara objek-objej yang terdapat dalam sebuah sistem.
4. Lingkungan, merupakan tempat dimana sistem berada.
5. Tujuan, Setiap sistem mempunyai tujuan dan tujuan inilah yang menjadi motivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tidak terkendali. Tentu tujuan antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda.
6. Masukan, adalah sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya menjadi materi untuk diproses. Masukan tersebut sanggup berupa hal-hal yang tampak fisik (bahan mentah) atau yang tidak tampak (jasa).
7. Masukan Instrumental (instrumental input). Masukan intrumental dari sistem pendidikan terdiri atas tujuan pendidikan, kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, ideologi, serta pengelolaan, penilaian, pengawasan, dan kiprah serta masyarakat.
8. Masukan Lingkungan (enviromental input). Masukan lingkungan sistem pendidikan terdiri dari geografi, demografi/lingkungan fisik, agama, akomodasi dan budaya, politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, pertahanan dan keamanan.
9. Proses, yaitu potongan yang melaksanakan perubahan dari masukan menjadi keluaran yang mempunyai kegunaan dan lebih bernilai (informasi) atau yang tidak mempunyai kegunaan (limbah). Proses dalam sistem pendidikan merupakan kegiatan pembelajaran yang diberikan kepada siswa yang menjadi input dunia pendidikan, hingga siswa tersebut tamat dari suatu tingkat pendidikan.
10. Keluaran, yaitu hasil dari proses. Pada sistem warta berupa warta atau laporan, dan sebagainya. Keluaran dari sistem pendidikan yaitu siswa yang telah memperoleh proses pembelajaran dalam masa waktu tertentu dan telah dinyatakan lulus dan berhak untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, atau terjun ke dunia kerja.
11. Batas, yaitu pemisah antara sistem dan tempat luar sistem. Batas disini memilih konfigurasi, ruang lingkup atau kemampuan sistem. Batas juga sanggup diubah atau dimodifikai sehingga sanggup merubah sikap sistem.
12. Mekanisme pengendalian dan umpan balik, digunakan untuk mengendalikan masukan atau proses. Tujuannya untuk mengatur semoga sistem berjalan sesuai dengan tujuan.


C.    Pendekatan Sistem

1.  Usaha Persiapan
  •  Memandang perusahaan sebagai suatu sistem.
  •  Mengenal sistem lingkungan.
  •  Mengidentifikasi subsistem perusahaan.

2.   Usaha Definisi

  • Bergerak dari tingkat sistem ke subsistem.
Tujuannya : – mengidentifikasi tingkat sistem tempat kasus berada.
                     - Menganalisis bagian-bagian sistem dalam suatu urutan tertentu
  • Mengevaluasi standar.
  • Membandingkan output dengan standar.
  • Mengevaluasi manajemen.
  • Mengevaluasi pemroses informasi.
  • Mengevaluasi input dan sumber daya input.
  • Mengevaluasi proses.
  • Mengevaluasi sumber daya output.

3.   Usaha Pemecahan   
  • Pertimbangan alternatif yang layak.
  • Mengevaluasi banyak sekali solusi alternatif.
  • Memilih solusi terbaik.
  • Menerapkan solusi.
  • Memastikan bahwa solusi tersebut efektif.


D.    Model Perumusan Sistem Pendidikan

1.      Sosial Demand Approach. Pendekatan perencanaan pendidikan ini lebih berorientasi kepada kebutuhan dan tuntutan masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan itu sendiri dan sebagai pengguna lulusan forum pendidikan.

2.      Man Power Approach. Pendekatan ini lebih menekankan kepada bagaimana menghasilkan lulusan yang bisa memenuhi kebutuhan dunia kerja akan tenaga kerja. Hal ini berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas dari lulusan. Oleh alasannya yaitu itu, perencanaan pendidikan lebih diarahkan kepada peningkatan kualitas dan kuantitas lulusan.

3.      Rate of Return Approach. Pendekatan rate of return dalam perencanaan pendidikan didasarkan pada model ekonomi. Pendekatan ini lebih berorientasi kepada keuntungan. Ini terlihat terang dengan adanya kemungkinan untuk memperbandingkan secara hemat antara investasi yang diberikan pada sistem pendidikan dengan investasi yang diberikan kepada sektor-sektor ekonomi lainnya.

4.      Systems Approach. Pendidikan sebagai suatu sistem, terdiri atas komponen-komponen yang saling berkaitan dan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Interaksi tersebut terjadi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Komponen-komponen pendidikan secara umum terbagi atas input, proses dan output. Perencanaan pendidikan dengan pendekatan sistem terpadu, melihat pendidikan sebagai suatu sistem. Pendekatan ini lebih berorientasi kepada keseimbangan aspek input, proses, maupun output dari dunia pendidikan. Pendekatan sistem dalam perencanaan pendidikan memadukan tiga pendekatan yang sebelumnya. Jika pendekatan-pendekatan sebelumnya bersifat parsial dan cenderung mengabaikan hal-hal yang bukan merupakan fokusnya, maka pendekatan sistem terpadu ini lebih bersifat sistemik yang memandang pendidikan itu sebagai suatu sistem. Dan perencanaan pendidikan lebih diarahkan kepada keseimbangan di antara komponen-komponen yang ada pada sistem tersebut. Kelebihan lain dari pendekatan ini yaitu adanya nuansa ”job & service satisfaction” dan“quality product” . Kedua hal tersebut menjadi perhatian dalam pendekatan sistem terpadu ini. Adanya kedua hal tersebut pada gilirannya nanti bisa meningkatkan kualitas proses dan output pendidikan.


E.     Perbedaan Sistem Pendidikan Islam dan Non Islam

Islam dengan ajarannya yang universal mempunyai sistem yang berbeda secara mendasar dengan sistem non Islam. Sesuai dengan namanya (Islam dan Non-Islam), dalam kontek pendidikan perbedaan keduanya berdasarkan Ramayulis terletak pada :[6]

1.      Sistem Idiologi

Islam mempunyai idiologi al-Tauhid yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah. Sedangkan non-Islam mempunyai banyak sekali macam ideologi yang bersumberkan dari isme-isme materialis, komunis, ateis, sosialis,kapitalis dan sebagainya. Dengan begitu maka perbedaan kedua sistem tersebut yaitu muatan ideologinya yang ingin dicapai.
Apabila ilham pokok ideologi Islam harus berdasarkan al-Tauhid pula. Makna tauhid bukan hanya mengesakan Tuhan menyerupai yang dipahami oleh kaum monoteis, melainkan juga meyakinkan kesatuan penciptaan (unity of creation), kesatuan kemanusiaan (unity of menkind), kesatuan tuntutan hidup (unity of purpose of lifea), Dengan kerangka dasar al-Tauhid ini maka pendidikan Islam tidak akan ditemui tindakan yang dualisme, dikotomi bahkan sekularis. Sistem pendidikan Islam (mencakup: pendidik, akseptor didik, kurikulum, metode, tujuan, media dan sebagainya) menghendaki adanya integralisme yang menyatukan kebutuhan dunia dan akhirat, jasmani dan rohani dan system kehidupan lainnya. Jadi, dibidang ideology sastem pendidikan Islam berbeda dengan pendidikan non-Islam, tetapi dibidang teknik-operasional barangkali keduanya sama.

2.      Sistem Nilai

Pendidikan Islam bersumber dari nilai Al-Qur’an dan Sunnah, sedangkan pendidikan non-Islam bersumberkan dari nilai yang lain. Formulasi ini relevan dengan kesimpulan di atas, alasannya yaitu dalam ideologi Islam itu bermuatan nilai-nilai dasar Al-Qur’an dan Sunnah, sebagai sumber asal dan ijtihad sebagai sumber tambahan. Pendidikan non-Islam bersama-sama ada juga sumber nilainya, namun sumber nilainya hanya dari hasil pemikiran, hasil penelitian para ahli, dan budpekerti kebiasaan masyarakat. Ketiga nilai tersebut yang dipindahkan dari satu generasi kegenerasi berikutnya.

3.      Orientasi Pendidikan

Pendidikan Islam berorientasi kepada duniawi dan ukhrawi, sedangkan pendidikan non-Islam,orientasinya duniawi semata. Di dalam Islam antara dunia dan alam abadi merupakan kelanjutan dari dunia, bahkan suatu mutu alam abadi konsekwensi dari mutu kehidupan dunia. Segala perbuatan muslim dalam bidang apapun mempunyai kaitan dengan akhirat.
Islam sebagai agama yang bersifat universal berisi ajaran-ajaran yang sanggup membimbing insan kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Untuk ini Islam mengajarkan kepada umatnya semoga senantiasa menjalin korelasi yang erat dengan Tuhan dan sesama manusia.

Sistem pendidikan sekularistik seperti, ekonomi kapitalistik, pendidikan materialistik, gaya hidup individualistic, budaya hedonoistik yaitu merupakan akar dari pada permasalahan dengan sistem pendidikannya.

Namun Islam menunjukkan solusi yang sangat mendasar terhadap perubahan dan tantangan yang tengah dialami umat manusia, dalam hal ini sanggup dilihat dari sistem pendidikan Islam yang berdasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Baik dalam mengahadapi kasus ekonomi, social, politik, budaya, pendidikan, maka system pendidikan islam harus terkait dan saling bersinergi yaitu kehidupan masyarakat, sekolah dan keluarga. Allah berfirman dalam Surah Syura ayat:13 Artinya : “ Dia telah mensyari'atkan bagi kau perihal agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kau berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kau seru mereka kepadanya. Tuhan menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)”.[7] FirmanNya lagi dalam surah al-Rum: 30 Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Tuhan yang telah membuat insan berdasarkan fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan insan tidak mengetahui[8]


F. Prinsip-prinsip Pendidikan Islam

Dalam prespektif pendidikan Islam, tujuan hidup seorang muslim pada hakekatnya yaitu mengabdi kepada Allah. Pengabdian kepada Tuhan sebagai realisasi dari keimanan yang diwujudkan dalam amal, tidak lain untuk mencapai derajat yang bertaqwa disisinya. Beriman dan bederma soleh merupakan dua aspek kepribadian yang dicita-citakan dalam pendidikan Islam. Sedangkan tujuan pendidikan Islam yaitu terbentuknya insan yang mempunyai dimensi religious dan berkemampuan ilmiah.[9]

Untuk mengaktualisasikan tujuan tersebut seorang pendidik bertanggungjawab mengantarkan akseptor didik kearah tujuan tersebut, yaitu dengan mengakibatkan sifat-sifat Tuhan menjadi sebagian karakteristik kepribadiannya. Untuk itu, keberadaan pendidik dalam dunia pendidikan sangat krusial.

Hal ini disebabkan kewajibannya tidak hanya mentransfer pengetahuan belaka, akan tetapi juga untuk merealisasikan nilai-nilai pada akseptor didik. Bentuk nilai yang ditransfer dan disosialisasikan paling tidak meliputi nilai etis, nilai pragmatis dan nilai religious. Secara factual, pelaksanaan pengajaran dan pertolongan pengetahuan dibidang agama Islam dan untuk merealisasikan nilai pada akseptor didik merupakan kiprah yang cukup berat ditengah kehidupan masyarakat yang kompleks, apalagi pada masa kini yaitu pada masa perkembangan masa globalisasi dan informasi.[10]

Secara lebih filosofis Muhammad Natsir dalam tulisan” ideology pendidikan Islam” menyatakan ; “Yang dinamakan pendidikan, ialah suatu pimpinan jasmani dan rohani menuju kesempurnaan dan kelengkapan atau kemanusiaan dengan arti sesungguhnya”[11]

Prinsip-prinsip dasar pendidikan Islam yaitu aspek-aspek mendasar yang menggambarkan dasar dan tujuan pendidikan Islam sehingga ia membedakannya dengan pendidikan non-Islam. Prinsip¬prinsip dasar pendidikan Islam itu meliputi:

• Pendidikan Islam yaitu potongan dari proses rububiyah Tuhan

• Pendidikan Islam berusaha membentuk insan seutuhnya

• Pendidikan Islam selalu berkaitan dengan agama

• Pendidikan Islam merupakan pendidikan terbuka.

Hasan Langgulung merumuskan “pendidikan Islam sebagai suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi insan untuk bederma didunia dan memetik kesannya diakhirat”.[12]

1. Prinsip Integral dan Seimbang

a. Prinsip Integral

Pendidikan Islam tidak mengenal adanya pemisahan antara sains dan agama. Keduanya harus terintegrasi secara harmonis. Dalam anutan Islam, Tuhan yaitu pencipta alam semesta termasuk manusia. Tuhan pula yang menurunkan hukum-hukum untuk mengelola dan melestarikannya. Hukum-hukum mengenai alam fisik disebut sunatullah, sedangkan pedoman hidup dan hukum-hukum untuk kehidupan insan telah ditentukan pula dalam anutan agama yang disebut dinullah yang meliputi doktrin dan syariah.

b. Prinsip Seimbang

Pendidikan Islam selalu memperhatikan keseimbangan di antara banyak sekali aspek yang meliputi keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara ilmu dan amal, urusan korelasi dengan Tuhan dan sesama manusia, hak dan kewajiban.


2. Prinsip Bagian dari Proses Rububiyah

Al-Qur’an menggambarkan bahwa Tuhan yaitu Al-Khaliq, dan Rabb Al-Amin (pemelihara semesta alam). Dalam proses penciptaan alam semesta termasuk manusia. Tuhan menampakan proses yang menunjukkan konsistensi dan keteraturan. Hal demikian kemudian dikenal sebagai aturan-aturan yang diterpakan Tuhan atau disebut Sunnatullah. Sebagai khalifah, insan juga mengemban fungsi rubbubiyah Tuhan terhadap alam semesta termasuk diri insan sendiri. Dengan perimbangan tersebut sanggup dikatakan bahwa huruf hakiki pendidikan Isam pada pada dasarnya terletak pada fungsi rubbubiyah Tuhan secara simpel dikuasakan atau diwakilkan kepada manusia. Dengakn kata lain, pendidikan Islam tidak lain yaitu keseluruhan proses dan fungsi rubbubiyah Tuhan terhadap manusia, semenjak dari proses penciptaan samspai cukup umur dan sempurna.


3. Prinsip Membentuk Manusia yang Seutuhnya

Manusia yang menjadi objek pendidikan Islam ialah insan yang telah tergambar dan terangkum dalam Al-Qur’an dan hadist. Potret insan dalam pendidikan sekuler diserhakan pada orang-orang tertentu dalam msyarakat atau pada seorang individu lantaran kekuasaanya, yang berarti diserahkan kepada angan-angan seseorang atau sekelompok orang semata. Prinsip ini harus direalisasikan oleh pendidik dalam proses pembelajaran. Pendidik harus menyebarkan baik kecerdasan intelektual, emosional maupun spiritual secara simultan.


4. Prinsip Selalu Berkaitan dengan Agama

Pendidikan Islam semenjak awal merupakan salah satu perjuangan untuk menumbuhkan dan memantapkan kecendrungan tauhid yang telah menjadi fitrah manusia. Agama menjadi petunjuk dan penuntun ke arah itu. Oleh lantaran itu, pendidikan Islam selalu menyelenggrakan pendidikan agama. Namun, agama di sini lebih kepada fungsinya sebagai sumebr moral nilai.


5. Prinsip Terbuka

Dalam Islam diakui adanya perbedaam manusia. Akan tetapi, perbedaan hakiki ditentukan oleh amal perbuatan insan (QS, Al-Mulk : 2), atau ketakwaan (QS, Al-Hujrat : 13). oleh lantaran itu, pendidikan Islam pada dasarnya bersifat terbuka, demokratis, dan universal.


6. Menjaga Perbedaan Individual

Perbedaan-perbedaan yang dimiliki insan melahirkan perbedaan tingkah laku lantaran setiap orang akan berbuat sesuai dengan keadaanya masing-masing. Menurut Asy-Syaibani yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Ramayulis menjelaskan bahwa pendidikan Islam sepanjangs sejarahnya telah memlihara perbedaan individual yang dimilki oleh akseptor didik.


7. Prinsip Pendidikan Islam yaitu Dinamis

Pendidikan Islam menganut prinsip dinamis yang tidak beku dalam tujuan-tujuan, kurikulum dan metode-metodenya, tetapi berupaya untuk selalu memperbaharuhi diri dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan Islam seyogyanya bisa menunjukkan respon terhadap kebutuhan-kebutuhan zaman dan tempat dan tuntutan perkembangan dan perubahan social. Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan Islam yang memotivasi untuk hidup dinamis.[13]




BAB III

KESIMPULAN


A.    Kesimpulan

Sisitem pendidikan Islam sangat relevan dengan sistem kehidupan yang berlandaskan kepada al-qur’an dan hadits Nabi s.a.w., dalam mencapai tujuannya yang hakiki. Sistem pendidikan Islam sangat memandang nilai-nilai kemanuaan dengan banyak sekali kondisi, tantangan serta perubahan zaman yang sangat cepat menggerogoti nilai-nilai kemanusaiaan itu sendiri.


B.    Saran

Sudah seyogiyanya sistem pendidikan mengacu kepada sistem kehidupan Islam secara universal, lantaran system pendidikan Islam penenkanannya sangat substasial untuk mencapai suatu tujuan dan tujuan yang akan dipai dan diusahankan juga sangat jelas, mempunyai implikasi potif masa depan kehidupan hakiki.




DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam; Tradisidan Moderenisasi Menuju Milinium Baru. Jakarta : Kalimah.

Ihsan, Fuad. Dasar-Dasar Kependidikan., Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005.

Muslihah, Eneg. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Diadit Media. 2010.

Quthb, Muhammad. Sistem Pendidikan Islam Terjemahan Drs. Salaman Harun. Bandung:

Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2009. h

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002., h. 4




[1] Eneg Muslihah, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta : Diadit Media. 2010 ) h. 123-124

[2] Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan., Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005., h. 107-108

[3] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002., h. 4

[4] Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam Terjemahan Drs. Salaman Harun, Bandung: PT.Alma’arif., h. 14

[5] Ramayulis, Ibid, h. 5

[6] Ramayuis, Ibid., hal. 5-7

[7] Al-Qur’an Digital : 1340]. Yang dimaksud: agama di sini ialah meng-Esakan Tuhan s.w.t., beriman kepada-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari alam abadi serta mentaati segala perintah dan larangan-Nya.

[8] Al-Qur’an Digital : [1168]. Fitrah Allah: maksudnya ciptaan Allah. Manusia diciptakan Tuhan mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada insan tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara dampak lingkungan.

[9] Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2009. h

[10] Ibid. h.  137-138

[11] Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisidan Moderenisasi Menuju Milinium Baru, Jakarta : Kalimah, 2001. H. 4

[12] Ibid. , h : 5

[13] Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2009. hlm : 100-104

Related Posts

Comments

  1. Black Titanium Ring | Tiandora Box - Tiandora Box - ITUNICA
    Black Titanium Ring is an excellent little ring which is titanium jewelry a titanium forging little smaller titanium pots and pans than the titanium suppressor other Black Ring, it is a lighter ring, but with lighter $39.99 · citizen titanium dive watch ‎In stock

    ReplyDelete

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter