-->

Makalah Pembaharuan Islam Di Indonesia

Post a Comment
PEEMBAHARUAN  ISLAM  DI  INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Pada masa ke XIII M agama Islam mulai masuk ke Indonesia, dan ada yang beropini bahwa penyebaran Islam pertama kali dilakukan oleh para pedagang dan mubaligh dari Gujarat-India. Sekarang jumlah umat Islam di Indonesia merupakan yang paling besar dibandingkan umat Islam di negara-negara lain di dunia ini oleh sebab itu, sanggup dikatakan bahwa umat Islam di Indonesia mempunyai peranan yang penting bagi bangsa-bangsa dan negara-negara Islam lainnya. Lebih-lebih di Indonesia sendiri, umat Islam merupakan lebih banyak didominasi penduduk dan mereka bertebaran di segenap pelosok tanah air serta banyak yang berkumpul dalam aneka macam organisasi sosial, pendidikan, keagamaan, ekonomi, dan politik.
Semenjak datangnya Islam di Indonesia yang disiarkan oleh para mubaligh khususnya di Jawa oleh Wali Sanga atau Sembilan Wali Tuhan hingga berabad-abad kemudian, masyarakat sangat dijiwai oleh keyakinan agama, khususnya Islam. Sejarah telah mencatat pula, bahwa Islam yang tiba di Indonesia ini sebagiannya dibawa dari India, dimana Islam tidak lepas dari dampak Hindu. Campurnya Islam dengan elemen-elemen Hindu menambah gampang tersiarnya agama itu di kalangan masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Jawa, sebab sudah lama kenal akan ajaran-ajaran Hindu itu.
Sebagian besar tersiarnya Islam di Indonesia yakni hasil pekerjaan dari Kaum Sufi dan Mistik.Sesungguhnya yakni Sufisme dan Mistisisme Islam, bukannya ortodoksi Islam yang meluaskan pengaruhnya di Jawa dan sebagian Sumatera.Golongan Sufi dan Mistik ini dalam aneka macam segi toleran terhadap adat kebiasaan yang hidup dan berjalan di tempat itu, yang bergotong-royong belum tentu sesuai dengan ajaran-ajaran tauhid.
Sebelumnya, masyarakat sangat kuat berpegang teguh pada Agama Hindu dan Budha.Setelah kedatangan Islam, mereka banyak berpindah agama secara sukarela. Tetapi sementara itu mereka masih membiasakan diri dengan adat kebiasaan lam, sehingga bercampur-baur antara adat kebiasaan Hindu-Budha dengan anutan Islam.
Terpuruknya nilai–nilai pendidikan dilatar belakangi oleh kondisi internal Islam yang tidak lagi menganggap ilmu pengetahuan umum sebagai satu kesatuan ilmu yang harus diperhatikan. Selanjutnya, ilmu pengetahuan lebih banyak diadopsi bahkan dimanfaatkan secara komprehensif oleh barat yang pada masa kemudian tidak pernah mengenal ilmu pengetahuan.
Secara garis besar ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya proses pembaharuan Islam. Pertama faktor internal yaitu, faktor kebutuhan pragmatis umat Islam yang sangat memerlukan satu system yang betul – betul sanggup dijadikan acuan dalam rangka mencetak insan – insan muslim yang berkualitas, bertaqwa, dan beriman kepada Allah. Kedua faktor eksternal adanya kontak Islam dengan barat juga merupakan faktor terpenting yang sanggup kita lihat. Adanya kontak ini paling tidak telah menggugah dan membawa perubahan phragmatik umat Islam untuk berguru secara terus menerus kepada barat, sehingga ketertinggalan yang selama ini dirasakan akan sanggup terminimalisir.
Dalam makalah ini, kami akan membahas pembaharuan islam di Indonesia.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Priode Pendidikan Islam Di Indonesia?
2.      Bagaimana Pembaharuan Pendidikan Di Indonesia?
3.      Bagaimana Gerakan Pembaharuan Islam Di Indonesia?



BAB II
PEMBAHASAN

A.        Priode Pendidikan Islam Di Indonesia
1.      Pendidikan Islam Di Indonesia Pada Tahun 1899-1930
Pendidikan Islam di Indonesia sebelum tahun 1900 masih bersifat halaqoh  (nonklasikal). Selain itu madrasah-madrasah tidak besar sehingga kita tidak menemukan sisa-sisanya. Salah satu pesantren yang berdiri sebelum tahun 1900 yaitu pesantren Tebuireng yang didirikan K.H Hasyim Asy’ari.
Tokoh-tokoh Islam Indonesia yang mendirikan pesantren merupakan Alumni-alumni dari Mekkah . Mereka bersamaan naik haji dan tinggal beberapa tahun untuk berguru mendalami ilmu agama sesudah tamat mereka kembali ke Indonesia membawa warna gres bagi pendidikan Islam . Tokoh tersebutlah yang mendirikan pesantren menyerupai pesantren Tebuireng yang dirikan oleh KH. Hasyim ‘Asy’ari, pesantren Al-Mushatafiyah Purba gres Tapanuli selatan yang dirikan oleh Syaik Mustafa Husein tahun 1913.[1]
Dalam sejarah Minangkabau terdapat ulama besar dan termasyhur ialah syekh Burhanuddin murid dari Syekh Abdul-Rauf Singkil ( Aceh) yang telah mendirikan Surau di Ulakan Pariaman. Beliau ini yang membuatkan Pendidikan agama Islam di tempat Minangkabau.
Metodologi pengajaran masih didominasi oleh system sorogan, dimana guru membaca buku yang berbahasa Arab dan membuktikan dengan bahasa tempat kemudian murid-murid mendengarkan. Selain itu penilaian berguru sangat kurang diperhatikan, hal ini didiga sebab tujuan belajarnya lillahi ta’ala.
Secara umum kurikulum forum pendidikan Islam tahun 1930 mencakup ilmu-ilmu ; bahasa Arab dengan tata bahasanya fiqh, akidah, sopan santun dan pendidikan. Sarana pendidikan yang dipergunakan masjid dan madrasah ( kelas). Kelas tidak diukur dari hasil penilaian tapi kelas berdasarkan tahun masuk atau periodisasi. Tidak ada istilah kenaikan kelas, begitu 6 tahun atau 7 tahun mereka dianggap sudah tamat dan berhak untuk mengajar.
Bahwa pendidikan pada masa sebelum tahun 1900 merupakan masa tradisional dalam system pendidikan Islam di Indonesia. Masa tersebut belum adanya pembaharuan wacana system pendidikan baik pada kurikulum, kitab-kitab yang masih banyak menggunakan goresan pena tangan insan dan metode pengajaran yang mengunkan system bandungan dan halaqah dalam proses berguru mengajar.[2]
2.      Pendidikan Islam di Indonesia pada tahun 1931-1945
Menurut Mahmud yunus dimana dimulainya modernisasi pendidikan Islam di Indonesia di mulai dari tahun 1931 forum pendidikan Islam Indonesia memasuki warna baru. Pembaharuan pendidikan Islam Indonesia di rintis oleh para alumni-alumni yang berguru di negara timur tengah khususnya Mekkah.
Pengaruh pendidikan modern sangat menerima respon positif, sebab banyak forum pendidikan yang menganut system modern menyerupai Kulliah Mu’allimin Islamiyah yang berdiri pada tahun 1931 Pimpinan Mahmud yunus. Selain itu Pondok Modern Darussalam Gontor ponorogo pimpinan K.H Imam Zarkasyi sudah mengikuti kurikulum dan system pendidikanNormal sebelumnya masih secar tradisional.
Selain pengetahuan umum sebagai pembaharuan dalam periode ini, selain itu juga pembaharuan dalam bidang metodologi contohnya Mahmud Yunus menerapkan tariqah al-mubasyirah dalam berguru bahasa Arab, dan metodologi pengajaran setiap bidang studi sangat variatif. Adapun penilaian sudah menjadi alat ukur keberhasilan siswa.
Menurut Imam Zarkasyi dampak pembaharuan pada masa ini terhadap masyarakat, yakni wawasan keislaman umat Islam semakin luas, pola pikir semakin rasional, alumni pesantren sanggup melanjutkan pendidikan ke universitas baik dalam maupun luar negeri.
Awal masa ke-20 merupakan masa pembaharuan model dan system pendidikan Islam di Indonesia. Pembaharuan tersebut berasal baik dari kaum reformis Muslim sendiri maupun dari pemeritahan kolonial Belanda.[3]

B.  Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia
Pembaharuan yang mengandung pikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk mengubah paham,adat istiadat, instituisi lama dan sebagainya, semoga semua itu sanggup diubahsuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadaan gres yang timbul oleh tujuan ilmu pengetahuan serta teknologi modern. Modernisasi atau pembaharuan juga berarti proses pergeseran perilaku dan mentalitas mental sebagai warga masyarakat untuk sanggup hidup sesuai dengan tuntutan hidup masyarakat kini.Modernisasi merupakan proses pembiasaan pedidikan Islam dengan kemajuan zaman.
Latar belakang danPola-pola pembaharuan dalam Islam, khususnya dalam pendidikan mengambil tempat sebagai : 1) golongan yang berorentasi pada pola pendidikan modern barat, 2) gerakan pembaharuan pendidikan Islam yang berorentasi pada sumber Islam yang murni dan 3) pembaharuan pendidikan yang berorentasi pada nasionalisme.
Modernisasi pendidikan Islam Indonesia masa awalnya dikenalkan oleh bangsa kolonial Belanda pada awal masa ke-19. Program yang dilaksanakan oleh kolonial Belanda dengan mendirikan Volkshoolen, sekolah rakyat, atau sekolah desa ( Nagari) dengan masa berguru selama 3 tahun, di beberapa tempat di Indonesia semenjak dasawarsa 1870-an. Pada tahun 1871 terdapat 263 sekolah dasar semacam itu dengan siswa sekitar 16.606 orang; dan menjelang 1892 meningkat menjadi 515 sekolah dengan sekitar 52.685 murid.
Point penting eksprimen Belanda dengan sekolah nagari terhadap system dan kelembagaan pendidikan Islam yakni tranformasi sebagian surau di Mingkabau menjadi sekolah nagari model Belanda. Memang berbeda dengan masyarakat muslim jawa umumnya memperlihatkan respon yang dingin, banyak kalangan masyrakat muslim Minangkabau memperlihatkan respon yang cukup baik terhadap sekolah desa. Perbedaan respon masyarakat Muslim Minangkabau dan jawa banyak berkaitan dengan tabiat cultural yang relatif berbeda, selain itu juga berkaitan dengan pengalaman histories yang relatif berbeda baik dalam proses dan perkembangan Islamisasi maupun dalam berhadapan dengan kekuasaan Belanda.
Selain itu perubahan atau modernisasi pendidikan Islam tiba dari kaum reformis atau modernis Muslim. Gerakan reformis Muslim yang menemukan momentumnya sejal masa 20 berpendapat, diharapkan reformasi system pendidikan Islam untuk mempu menjawab tantangan kolonialisme dan perluasan Kristen.
Respon system pendidikan Islam tradisional menyerupai suaru (Minangkabau) dan Pesantren (Jawa) terhadap modernisasi pendidikan Islam berdasarkan Karel Steenbrink dalam kontek surau tradisional menyebutnya sebagai menolak dan mencontoh, dalam kontek pesantren sebagai menolak sambil mengikuti. Untuk itu, tak sanggup lain dalam pandangan mereka, surau harus mengadopsi pula beberapa unsure pendidikan modern yang telah diterapkan oleh kaum reformis, khususnya system klasikal dan penjejangan, tanpa mengubah secara signifikan isi pendidikan surau itu sendiri.
Selain respon yang diberikan oleh pesantren di jawa, komunitas pesantren menolak asumsi-asumsi keagamaan kaum reformis. Tetapi pada ketika tertentu mereka niscaya mengikuti langka kaum reformis, sebab mempunyai manfaat bagi para santri, menyerupai system penjenjangan, kurikulum yang lebih terperinci dan system klasikal. Pesantern yang mengikuti jejak kaum reformis yakni pesanteren Mambahul ‘ulum di Surakarta, dan di ikuti oleh pesantren Modern Gontor di Ponorogo. Pondok tersebut memasukan sejumlah mata pelajaran umum ke dalam kurikulumnya, juga mendorong santrinya untuk memperlajari bahasa Inggris selain bahasa Arab dan melakukan sejumlah acara ekstra kurikuler menyerupai olah raga, kesenian dan sebagainya.
Sistem Pendidikan Islam pada mulanya diadakan di surau-surau dengan tidak berkelas-kelas dan tiada pula menggunakan bangku, meja, dan papan tulis, hanya duduk bersela saja. Kemudian mulialah perubahan bertahap hingga sekarang. Pendidikan Islam yang mula-mula berkelas dan menggunakan bangku, meja dan papan tulis, ialah Sekolah Adabiah (Adabiah School) di Padang.
Adabiah School merupakan madrasah (sekolah agama) yang pertama di Minangkabau, bahkan diseluruh Indonesia. Madrasah Adabiah didirikan oleh Almarhum Syekh Abdullah Ahmad pada tahun 1909. Adabiah hidup sebagai madrasah hingga tahun 1914, kemudian diubah menjadi H.I.S. Adabiah pada tahun 1915 di Minangkabau yang pertama memasukkan pelajaran Agama dalam rencana pelajarannya. Sekarang Adabiah telah menjadi sekolah Rakyat dan SMP.
Setelah berdirinya madrasah Adabiah, maka selanjutnya diikuti madrasah lainnya menyerupai madras Schol di Sungyang ( tempat Batusangkar) oleh Syekh M.Thaib tahun 1910 M, Diniah School ( madrasah diniah) oleh Zainuddin Labai Al-Junusi di Padangpanjang tahun 1915.
Di antara guru Agama banyak juga mengarang kitab-kitab untuk madrasah ialah 1)H. Jalaluddin Thaib, menyerupai kitab jenjang bahasa arab 1-2, Tingkatan bahasa arab 1-2, Tafsir Al-Munir 1-2, ( 2) Anku Mudo Abdul hamid Hakim, menyerupai kitab: Al-Mu’in Al-Mubin 1-5, As-Sullam, Al-Bayan Tahzibul akhlaq, ( 3) Abdur-Rahim Al-Manafi menyerupai kitab : Mahadi ‘ilmu Nahu, Mahadi ilmu Sharaf, Al-Tashil, Lubahul Fighi, Al-Huda, Asasul adab.
Ulama-ulama yang mengadakan perubahan dalam pendidikan Islam di Minangkabau yakni 1) syekh Muhd. Thaib Umar Sungayang, kerikil kandang tahun 1874-1920 M. 2) Syekh H.Abdullah Ahmad, Padang tahun 1878 M-1933M, 3) Syekh H. Abdul karim Amrullah, Maninjau 1879-1945 M, 4) Syekh H.M. Jamil Jambek bukittinggi 1860-1947, 5) dan lain-lain.
Surau –surau yang termashur di Minangkabau yakni sebagai berikut ; 1) Surau Tanjung Sungyang didirikan oleh Syekh H.M Thaib Umar pada tahun 1897 M dan masih hidup hingga kini dengan nama Al-Hidayah dan SMPI, PGA., 2) Surau Parabek, bukittinggi didirikan oleh Syekh H. Ibrahim Musa pada tahun 1908 M. dan masih hidup hingga kini dengan nama Thawalib, 3) Surau padang Japang didirikan oleh Syekh H. Abbas Abdullah pada tahun … dan masih hidup hingga kini dengan nama Darul funun Abbasiah, 4) dan lain-lain.
Tentang keadaan pendidikan Islam di Minangkabau pada masa beberapa tahun sebelum tahun 1900. dilukiskan dalam denah pendidikan Islam.
Melihat keadaan di lapangan bahwa pengamalan agama Islam di Indonesia yang masih banyak bercampur dengan tradisi Hindu-Budha tersebut dan terperinci sekali merusak kemurnian ajarannya, maka tampillah beberapa ulama mengadakan pemurnian dan pembaharuan faham keagamaan dalam Islam.Pada mulanya lahir Gerakan Padri di tempat Minangkabau yang dipelopori oleh Malim Basa, pendiri sekolah tinggi di Bonjol, yang kemudian dikenal dengan sebutan Imam Bonjol.Sejak kembali dari Mekah, Imam Bonjol melancarkan pemurnian aqidah Islam menyerupai yang telah dilakukan oleh gerakan Wahabi di Mekah.Karena kaum renta yang masih sangat kuat berpegang teguh pada adat menentang dengan keras terhadap gerakan Imam Bonjol maka timbulah perang Padri yang berlangsung antara tahun 1821-1837.
Pemerintahan Kolonial Belanda, sesuai dengan politik induknya “Devide et empera” karenanya membantu kaum adat untuk tolong-menolong menumpas kaum pembaharu. Sungguh pun kaum militer Padri sanggup dikalahkan, tetapi semangat pemurnian Islam dan kader-kader pembaharu telah ditabur yang kemudian pada kenmudian hari banyak meneruskan usaha dan usaha mereka. Diantaranya, Syekh Tohir Jalaludin, sesudah kembali dari Mekah dan Mesir tolong-menolong dengan Al Khalili membuatkan semangat pemurnian Agama Islam dengan menerbitkan majalah Al Imam di Singapura.
Pada ketika itu juga, di Jakarta berdiri Jami’atul Khair pada tahun 1905, yang pada umumnya beraggotakan peranakan Arab.Organisasi Jami’atul Khair ini dinilai sangat penting sebab dalam kenyataanya dialah yang memulai dalam bentuk organisasi dengan bentuk modern dalam masyarakat Islam (dengan anggaran dasar, daftar anggota yang tercatat, rapat-rapat berkala) dan mendirikan suatu sekolah dengan cara-cara yang banyak sedikitnya telah modern. Di bawah pimpinan Syekh Ahmad Soorkati, Jami’atul Khair banyak mengadakan pembaharuan dalam bidang pengajaran bahasa Arab, pendidikan Agama Islam, penyiaran agama, dan banyak berusaha mewujudkan Ukhuwah Islam.
Sementara itu, banyak tumbuh dan lahir gerakan pembaharuan dan pemurnian Agama Islam di beberapa tempat di Indonesia, yang satu sama lain mempunyai penonjolan usaha dan sifat yang berbeda-beda. Akan tetapi, secara keseluruhan mereka mempunyai keinginan yang sama dan tunggal yaitu “Izzul Islam wal Muslimin” atau kejayaan Agama Islam dan Kaum Muslimin. Di antara gerakan-gerakan tersebut adalah: Partai Sarekat Islam Indonesia, Muhammadiyah, Persatuan Islam, dan Al Irsyad.
Gerakan-gerakan tersebut, umumnya terbagi dalam dua golongan yaitu Gerakan Modernis dan Gerakan Reformis.Yang dimaksud dengan Gerakan Modernis ialah gerakan yang menggunakan organisasi sebagai alat perjuangannya.Jadi semua Gerakan Islam tersebut sanggup digolongkan sebagai gerakan Modernis. Sedangkan Gerakan Reformis, berarti di samping gerakan ini menggunakan organisasi sebagai alat perjuangannya, juga berusaha memurnikan Islam dan membangun kembali Islam dengan pikiran-pikiran baru, sehingga Islam sanggup mengarahkan dan membimbing umat insan dalam kehidupan mereka. Misalnya: Muhammadiyah, Persatuan Islam, dan Al Irsyad.[4]

C.  Gerakan Pembaharuan Islam
1.      Gerakan Polotik Islam
a. Partai Serikat Islam Indonesia
Sebelum menjadi Sarikat Islam, pada mulanya berasal organisasi dagang yang berjulukan Sarekat Dagang Islam. Didirikan pada 1911 oleh seorang pengusaha batik populer di Sala, yaitu Haji Samanhudi.Anggota-anggotanya terbatas pada para pengusaha dan pedagang batik, sebagai usaha untuk membela kepentingan mereka dari tekanan politik Belanda dan monopoli bahan-bahan batik oleh para pedagang Cina.Kemudian jawaban pelarangan terhadap Sarekat Dagang Islam oleh Residen Surakarta, maka pada 1912 kedudukannya dipindah ke Surabaya dan namanya pun berganti menjadi Sarekat Islam.
Sarekat Islam dipimpin oleh Haji Umar Said Cokroaminoto. Dan dibawah kepemimpinannya Sarekat Islam berkembang mewnjadi sebagai organisasi besar dan berpengaruh, anggota-anggotanya semakin Banyak dan meliputi  seluruh lapisan masyarakat dan cabang-cabangnya berdiri dimana-mana. Tujuannya diperluas, tidak saja urusan dagang dan perekonomiannya, melainkan lebih luas dan besar yaitu: menentang politik kolonial Belandadalam segala seginya dengan menggunakan dasar usaha islam. Dengan tujuan tersebut karenanya Sarekat Islam memasuki bidang politik dan menginginkan suatu pemerintahan yang bebas dari penjajahan Belanda.
Karena Sarekat Islam diselundupi oleh orang-orang komunis yang tergabung dalam organisasi Indische Social Democratische Vereniging (ISDV) pimpinan Sneevliet, seorang kader komunis yg berasal dari negeri Belanda, karenanya tak sanggup mengelakkan diri dari perpecacahan, dan menjadilah SI Putih SI Merah yang beraliran komunis . Sarekat Islam Putih kemudian meningkatkan diri menjadi satu organisasi politik Partai Sarekat Islam Indonesia yang diresmikan pada tahun 1929.
b. Partai Islam Majmumi
Partai Islam Masjumi berdiri pada tanggal 7 November 1945 sebagai hasil keputusan Muktamar Umat Islam Indonesia I yang berlangsung di Yogyakarta (Gedung Madrasah Mualimin Muhammadiyah) pada tanggal 7-8 November 1945. Kongres ini dihadiri oleh hampir semua tokoh dari aneka macam organisasi Islam dari masa sebelum perang serta pada masa pendudukan Jepang, menyerupai Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Sarekat Islam, al-Wasliyah, Persis, al-Irsyad, serta tokoh intelektual muslim yang pada zaman Belanda aktif dalam Jong Islamiten Bond dan Islam Study Club dan sebagainya. Dalam kongres tersebut disepakati dan diputuskan untuk mendirikan Majlis Syura Pusat bagi umat Islam Indonesia.
Sesungguhnya Partai Masjumi ini merupakan kelanjutan dari acara politik organisasi Islam pada kiamat penjajah Belanda yang dikenal dengan nama MIAI (Majlis Islam A’la Indonesia). MIAI yakni suatu wadah federasi dari semua organisasi Islam, baik yang bergerak dalam bidang politik simpel maupun yang bergerak dalam bidang sosial kemasyarakatan yang didirikan pada tanggal 21 September 1937 di Surabaya atas inisiatif KH Mas Masyur (Muhammadiyah), KH Wahab Hasbullah (NU), dan Wondo Amiseno (Sarekat Islam). Kemudian pada masa pendudukan Jepang adonan gerakan Islam yang juga bersifat federasi semacam MIAI ini dinamakan Majlis Syura Muslimin Indonesia (Masjumi).
Partai Masjumi yang mencanangkan tujuannya dengan rumusan “Terlaksananya syari’at Islam dalam kehidupan orang-seorang, masyarakat, dan Negara Republik Indonesia” dalam kiprah politiknya sepanjang masa hidupnya, baik dalam bentuk jadwal maupun kebijakan-kebijakan partai menampakan perilaku yang tegar, istiqomah, konsisten terhadap prinsip-prinsip Islam yang bersumber pada Al-Qur’an maupun Al-Hadits.
Politik yang dianut oleh Partai Masjumi yakni politik yang menggunakan parameter Islam, artinya bahwa semua jadwal atau kebijakan partai harus terukur secara niscaya dengan nilai-nilai Islam. Ungkapan bahwa politik itu kotor, berdasarkan keyakinan Partai Masjumi tidak mungki  terjadi manakala sikap, langkah, dan pola perjuangannya selalu berada di atas prinsip-prinsip anutan Islam. Masjumi mengakui terhadap realitas yang terjadi di tengah-tengah arena politik bahwa politik itu memang kotor, jikalau politik itu didasarkan pada “politik bebas nilai” atau politik yang diajarkan oleh Nicollo Machiavelli bahwa “tujuan menghalalkan semua cara”. Politik Islam sebagaimana yang dianut oleh Partai masjumi yakni politik yang mengharamkan tujuan yang ditempuh dengan semua cara. Islam mengajarkan bahwa “Tujuan yang baik harus dicapai dengan cara-cara yang baik pula”.
Pada tanggal 15 Desember 1955 diadakan Pemilu, Partai Masjumi mendapatka 57 kursi di pemerintahan. Akan tetapi sebab Bung Karno tergoda oleh bujukan dari Komunis sehingga pada tanggal 17 Agustus 1960 mengeluarka Surat Keputusan (SK) Presiden Nomor 200 tahun 1960 untuk membubarkan Partai Islam Masjumi dari sentra hingga ranting di seluruh wilayah NKRI. Pada tanggal 13 September 1960 DPP Masjumi membubarkan Masjumi dari sentra hingga ke ranting-rantingnya.


BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Dari gerakan pembaharuan islam di indonesia ini kita mengetahui bahwa pengalaman agama islam di indonesia masih banyak bercampur dengan Hindu-Budha, Dan terperinci sekali kemurnian ajarannya. Dari gerakan pembaharuan islam di indonesia Tujuannya diperluas, Tidak saja urusan dengan perekonomian melainkan lebih luas dan besar yaitu menentang politik kolonil belanda dalam segala seginya dengan menggunakan dasar usaha islam, Sedangkan gerakan sosial kemasyarakatan islam ini menjelaskan wacana Muhammadiyah, Al-irsyad, dan persatuan islam.

B.  Saran
Dari makalah yang kami paparkan bahwa kami sedikit mengambil memberikan saran bagi yang sempat membaca makalah ini semoga sanggup mengambil pesan tersirat dari sebuah dongeng awal kelahiran islam di indonesia,di mana pada jaman dahulu Imam bonjol melancarkan kemurnian Aqidah islam menyerupai yang dilakukan oleh gerakan wahabi, Karena kaum renta yang sangat kuat,dan pastinya makalah ini belum sepurnah oleh karna itukami minta partisipasiteman-teman untuk menyempurnakan makalah ini,sekian dan terimah kasih.



DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Pesantren, Madrasah, Sekolah, Pendidikan Islam dalam kurun Modern, Jakarta ; Pustaka LP3ES, 1994, Cet. Ke 2.
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam pada periode klasik dan Pertengahan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004
Azyurmadi, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milinium Baru, Jakarta : Logos 1990.
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia ; Lintas Sejarah Pertumbuhan dan perkembangan, Jakarta : forum studi Islam dan Kemasyarakatan, 1995, Cet. Ke-1



[1]Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia ; Lintas Sejarah Pertumbuhan dan perkembangan, Jakarta : forum studi Islam dan Kemasyarakatan, 1995, Cet. Ke-1

[2] Azyurmadi, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milinium Baru, Jakarta : Logos 1990.
[3]Abdurrahman, Pesantren, Madrasah, Sekolah, Pendidikan Islam dalam kurun Modern, Jakarta ; Pustaka LP3ES, 1994, Cet. Ke 2.

[4] Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam pada periode klasik dan Pertengahan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004

Related Posts

Comments

Subscribe Our Newsletter