-->

Ilmu Perspektif Al-Qur’An

Post a Comment
MAKALAH ILMU  PERSPEKTIF  AL  QUR'AN



KATA  PENGANTAR


Syukur Alhamdulillah penyusun ucapkan kehadirat  Yang Mahakuasa SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Sehingga penulis sanggup menyusun makalah ini yang berjudul "ILMU PERSPEKTIF AL-QUR’AN" tepat pada waktunya. Dan tidak lupa pula kita sanjung pujikan kepada Nabi Besar Muhamad SAW yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita ke alam yang terang benderang ini.

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari derma aneka macam pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini sanggup memperlihatkan manfaat kepada para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Terima kasih yang sebesar – besarnya penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Makalah ini. Wassalam.








Pemakalah








DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR..........................................................................................          i

DAFTAR ISI..........................................................................................................         ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................         1

A.    Latar Belakang.........................................................................................................         1

B.    Rumusan Masalah......................................................................................................        1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................         2

A.    Pengertian Ilmu.........................................................................................................         2

B.    Pengumpulan Seluruh Ayat Yang Berbicara Tentang Ilmu.............................        4                         Ayat-Ayat Tentang Konsep Ilmu................................................................................        5

BAB III PENUTUP...............................................................................................         9

A.    Kesimpulan..................................................................................................         9

DAFTAR PUSTAKA



BAB I

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan lainnya yaitu penekanannya terhadap Ilmu. Al-Qur’an dan Hadist Rasulullah mengajak kaum muslimin untuk mencari dan mendapat ilmu dan kearifan serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi. Yang disebutkan dalam surat al-Mujaddalah ayat 11:

$pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) Ÿ@ŠÏ% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? †Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿtƒ ª!$# öNä3s9 ( #sŒÎ)ur Ÿ@ŠÏ% (#râ“à±S$# (#râ“à±S$$sù Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_u‘yŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ

11. Hai orang-orang beriman apabila kau dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah pasti Yang Mahakuasa akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, pasti Yang Mahakuasa akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Yang Mahakuasa Maha mengetahui apa yang kau kerjakan.


B.     Rumusan Masalah

1.      Pengertian Ilmu

2.      Pengumpulan Seluruh Ayat Yang Berbicara Tentang Ilmu

3.      Kajian Ayat-Ayat Tentang Konsep Ilmu








BAB II

PEMBAHASAN


A.    Pengertian Ilmu

Secara etimologi Ilmu, berasal dari bahasa arab 'ilm padanannya dalam bahasa inggris science, dalam bahasa jerman wisenschaft, dan dalam bahasa belanda wetenschap. Ilmu dalam konteks indonesia berasal dari bahasa Arab dari akar kata 'ilm, kata jadian dari alima, ya'lamu, ilman, alimun, ma'lumun. Tiga kata terakhir menjadi kata indonesia ilmu, alim ulama, dan maklum. Maka ilmu secara bahasa membuktikan kata benda abstrak, berbentuk masdar dari alima, ya'lamu, ilmun yang berarti pengetahuan. Begitu juga Science berasal dari akar kata scire yang berarti mengetahui (to know). Dengan demikian sanggup dikatakan bahwa ilmu pengetahuan yang sesungguhnya dalah hasil atau produk dari suatu kegiatan yang dilakukan secara sesuai dengan mekanisme ilmiah.

Berikut ini beberapa pengertian ilmu secara terminologis:

The Liang Gie: ilmu yaitu rangakaian acara insan rasional dan kognitif dengan aneka macam metode berupa aneka mekanisme dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatana atua keorangan untuk tujuan menacapai kebenaran, memperoeh pemahaman, memberi  penjelasan, ataupun melaksanakan penerapan. Dari definisi diatas terlihat bahwa ilmu didefinisikan 1] sebagai proses: acara penelitia; 2] ilmu sebagai prosedur: metode ilmiah; 3] ilmu sebagai produk: pengetahuan sistematis.

Pertama, Dalam Al-Quran kata ilmu berdasarkan Dawam Rahardjo disebut sebanyak 105 kali dan dengan kata jadiannya disebut tak kurang dari 744 kali. Untuk menyebut secara rinci, kata-kata jadian itu disebutdalam bentuk dan frekuensi sebagai berikut: 'alima (35), ya'lamu:215), i'lam (31), yu'lamu (1), 'ilm (105), 'alim (35), ma'lum (215), (13), 'alamin (73), 'alam (3), a'lam (49), 'alim atau 'ulama (163), 'allam (4), 'allama (12), yu'allimu (16), 'ulima (3), mu'allam (1), atau ta'allama (2).

Kata a-l-m diungkapkan dalam 82 macam bentuk yang dikaitkan dengan aneka macam macam kata ganti (damir) sebagai berikut: a'lam, 'alamat, al-ilm, 'ilmihi.............

·          Kedua, Pengertian ihwal ilmu dalam al-Quran tidak terbatas pada kata-kata yang berasal dari a-l-m, lantaran kata tahu itu tidak hanya diwakili oleh kata tersebut. Setidaknya ada beberapa pengertian yang mengandung kata "tahu", seperti 'arafa, dara, khabara, sya'ara, ya'isa, ankara, basirah, dan hakim.

Pengertian ilmu pengetahuan terdapat pula dalam ungkapan hikmah yang telah menjadi kata indonesia. Biasanya diartikan dengan "pelajaran", ada juga yang menterjemahkan "kebijaksanaan" atau pengetahuan tertinggi". Kata pesan yang tersirat yang berarti pelajaran sanggup terlihat pada (QS. Luqman, 31:12). Kata pesan yang tersirat yang diartikan kebijaksanaan memerlukan pemikiran yang mendalam serta berulang-ulang ihwal suatu hal yang sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang tinggi. Kegiatan ini sering disebut filsafat. Filsafat pada umumnya memakai rasio sebagai tolok ukurnya, sehingga hal-hal yang diluar jangkauan rasio tidak termasuk wilayah filsafat. (ada kesalahan, baca lagi wilayah filsafat Titus) Ilmu sebagai proses, prosedur, dan produk yang diungkapkan The Liang Gie sanggup terlihat pada al-quran antara lain:

Ilmu sebagai proses diungkapkan al-quran dalam bentuk kata kerja (fi'il), QS. Al-Alaq, 96:1-5). Kata Iqra bersal dari akar kata yang berati menghimpun dan kata tersebut melahirkan aneka ragam makna, seperti  menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui isi sesuatu dan membaca, baik teks tertlis maupun teks tidak tertulis. Iqra' dismaping berati menghimpunjuga mempunyai makna bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu, bacalah tanda-tanda zaman, sejarah diri sendiri, yang tertulis dan tidak tertulis.

Ilmu sebagai proses dalam kaitannya dalam bentuk ungkapan dalam al-Quran sanggup dipahami anata lain dari bentuk 'allama yang berarti mengajarkan. Kata 'allama dkaitkan dengan kata ganti lain disebut sebanyak empat kali. Keempat ungkapan tersebut sanggup dilihat pada al-Baqarah, 2:31. kata 'allama juga terdapat pada QS Ar-Rahman, 55:2; Al-Alaq, 92:4. dari kata 'allama yang tersebut diatas maka sanggup disimpulkan bahwa 1] bentuk 'allama hanya Yang Mahakuasa yang dimaksud sebagai subjek sekaligus sebagai sumber ilmu pertama; 2] yang diajar selalu insan sebagai objek dari yang pertama dan juga sanggup berarti bahwa proses bencana insan merupakan objek ilmu yang harus dipelajari oleh insan itu sendiri; 3] obejk ilmu pengetahuan yaitu seluruh alam semesta; 4] insan dismaping sebagai "subjek" pencari ilmu juga sebagai objek ilmu ibarat biologi, psikologi, sosiologi.

Ketiga, Ada juga bentuk lain yang mengandung proses pencarian ilmu, antara lain: iqra', nazar, al-ra'yu, al-basar, as-sam'u, al-fikr, al-aql, al-tadabbur, al-fiqh, al-fahm, al-ma'rifat, al-zikr, al-ubart, al-yagn, al-zan, al-husban, dan al-hisban, asy syah, al-kaib.

Term-term yang secara tidak eksklusif merujuk kata ilmu: 1] 'alamin berarti alam semesta; 2] As-samawat wa al-Ardi berarti langit dan bumi; 3] kulla syaiin berarti segala sesuatu; 4] makhluk.  Inilah yang nantinya menjadi basis ontologi ilmu pengetahuan sebenarnya.


B.     Pengumpulan Seluruh Ayat Yang Berbicara Tentang Ilmu

            Dari wahyu tersebut tersirat bahwa mukjizat Islam yang paling utama yaitu Ilmu.[1] Kata “ilmu” dengan aneka macam bentuknya, dalam Al-Qur’an terulang 854 kali yang dipakai dalam arti proses pencapaian ilmu pengetahuan dan obyek pengetahuan. Dari segi bahasa ilmu berarti “kejelasan”, lantaran itu kalimat yang terbentik dari akar kata علم"”- “يعلم” mempunyai arti “kejelasan”. Berbeda dengan kata “عرف”-“يعرف” yang artinya mengetahui, arif (mengetahui) dan ma’rifah (pengetahuan). Yang Mahakuasa swt  tidak dinamakan Arif tetapi Alim.علم"”- “يعلم” dipakai oleh Yang Mahakuasa swt dalam Al-Qur’an untuk hal-hal yang  diketahui-Nya, walaupun ghoib, tersembunyi atau dirahasiakan. Hal yang sanggup diperhatikan pda beberapa ayat Al-Qur’an sebagai berikut :


Surat Al-Baqarah ayat 77:

Ÿwurr& tbqßJn=ôètƒ ¨br& ©!$# ãNn=÷ètƒ $tB šcr”Å¡ç„ $tBur tbqãYÎ=÷èムÇÐÐÈ

77. tidakkah mereka mengetahui bahwa Yang Mahakuasa mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan?


Surat Ali Imron ayat 29:

ö@è% bÎ) (#qàÿ÷‚è? $tB ’Îû öNà2Í‘r߉߹ ÷rr& çnr߉ö6è? çmôJn=÷ètƒ ª!$# 3 ãNn=÷ètƒur $tB ’Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# $tBur ’Îû ÇÚö‘F{$# 3 ª!$#ur 4’n?tã Èe@à2 &äó_x« ֍ƒÏ‰s% ÇËÒÈ

29. Katakanlah: "Jika kau Menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kau melahirkannya, pasti Yang Mahakuasa Mengetahui". Yang Mahakuasa mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. dan Yang Mahakuasa Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Surat Al-Maidah ayat 99 :

$¨B ’n?tã ÉAqß™§9$# žwÎ) à÷»n=t6ø9$# 3 ª!$#ur ãNn=÷ètƒ $tB tbr߉ö7è? $tBur tbqßJçFõ3s? ÇÒÒÈ

99. kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan, dan Yang Mahakuasa mengetahui apa yang kau lahirkan dan apa yang kau sembunyikan.


 

C.    Kajian Ayat-Ayat Tentang Konsep Ilmu

            Perspektif islam ihwal ilmu, sanggup diketahui dari wahyu pertama yang diturunkan.

ù&tø%$# ÉOó™$$Î/ y7În/u‘ “Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&tø%$# y7š/u‘ur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   “Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ

1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,

2. Dia telah membuat insan dari segumpal darah.

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,

4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[2],

5. Dia mengajar kepada insan apa yang tidak diketahuinya.

            Dalam perspektif islam, ilmu yaitu keistimewaan yang menyebabkan insan unggul dari makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan ibarat yang dijelaskan dalan Al-qur’an surat Al-Baqarah ayat 31-32. Yang menceritakan ihwal kisah penciptaan dan bencana insan pertama di dunia.

            Manusia berdasarkan Al-Qur’an mempunyai potensi untuk meraih ilmu dan mengembangkannya, sehingga banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist-hadist nabi yang memrintahkan insan untuk mencari ilmu. dan berkali-kali pula membuktikan betapa tinggi kedudukanorang mukmin yagn berilmu pengetahuan ibarat yang telah dijelaskan di surat Al-Mujaddalah ayat 11,  yang mana Yang Mahakuasa swt meningikan derajat orang-orang yang beriman dan yang berilmu beberapa derajat, sehingga Yang Mahakuasa swt menjadikanya sebagai kiprah yang di emban oleh rasulullah saw yang termaktub dalam Al-Qur’an surat Ali Imron ayat 164.

            Secara singkat sanggup dikatakan bahwa islam melalui pesan yang tersirat dalam al-qur’an dan hadist secara doktrinal sangat mendukung pengembangan ilmu. Al-Qur’an dan Al-Hadist merupakan sumber bagi ilmu dalam arti seluas-luasnya. Kedua sumber pokok islam ini memainkan peranan ganda dalam penciptaan dan pengembangan ilmu. Pertama, prinsip-prinsip seluruh ilmu dipandang kaum muslim terdapat dalam Al-Qur’an. Kedua, Al-Qur’an dan Al-Hadist membuat iklim yang aman bagi pengembangan ilmu dengan menekankan kebajikan dan keutamaan. Karenanya, seluruh metafisika dan kosmologi yang terbit dari kandungan Al-Qur’an dan Hadist merupakan dasar pembangunan dan pengembangan ilmu islam.[3] Dengan demikian kedua sumber pokok ini membuat atmosfer khas yang mendorong acara intelektual muslim.

Wahyu pertama merupakan modal utama untuk mengemban kiprah kekhalifahan. Dalam wahyu tersebut tidak dijelaskan “apa yang harus dibaca”, lantaran Al-Quran menghendaki umatnya “membaca apa saja selama bacaan tersebut bismirabbik (dengan menyebut nama Allah). Kata Iqra’ berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuailah cirri-ciri sesuatu. Dengan demikian, obyek pertama iqra’ meliputi segala sesuatu yang sanggup dijangkaunya.[4]

Menurut pandangan Al-Quran dimana diisyaratkan oleh wahyu pertama, bahwa ilmu terdiri dari 2 macam, yaitu ilmu yanga diperoleh lantaran usah insan “ilm kasby” dan ilmu yang diperoleh tanpa upaya insan “ ilm Laduni. Ayat ihwal ilmu  kasby lebih banyak dari pada ilmu laduni. Pembagian in dikerenakan dalam pandangan al-quran terdapat hal-hal yang “ada” tapi tidak diketahui melaui insan itu sendiri. Ada wujud yang tidak tampak:

Ixsù ãNÅ¡ø%é& $yJÎ/ tbrçŽÅÇö6è? ÇÌÑÈ   $tBur Ÿw tbrçŽÅÇö6è? ÇÌÒÈ

38. Maka saya bersumpah dengan apa yang kau lihat.

39. dan dengan apa yang tidak kau lihat.

Dengan demikian objek ilmu meliputi bahan dan non materi, fenomena dan non fenomena, bahkan ada wujud yang jangan kan dilihat, diketahui oleh insan saja tidak ibarat yang ditegaskan dalam surat An-Nahl ayat 8.

“Allah membuat apa yang kau tidak mengetahuinya.”(QS An-Nahl : 8)

Dari sini terperinci bahwasannya pengetahuan insan amat  terbatas dan masuk akal Yang Mahakuasa mengaskan bahwa insan hanya diberi sedikit pengetahuan:

štRqè=t«ó¡o„ur Ç`tã Çyr”9$# ( È@è% ßyr”9$# ô`ÏB ̍øBr& ’În1u‘ !$tBur OçFÏ?ré& z`ÏiB ÉOù=Ïèø9$# žwÎ) WxŠÎ=s% ÇÑÎÈ

85. dan mereka bertanya kepadamu ihwal roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kau diberi pengetahuan melainkan sedikit"

Apabila diperhatikan dari wahyu pertama, akan diperoleh aba-aba bahwa ada 2 cara perolehan dan pengembangan ilmu. Pertama, mengejarkannya dengan pena dengan apa yang diketahui insan sebelumnya . Kedua, Yang Mahakuasa mengajar insan (tanpa pena) apa yang belum diketahuinya

Cara pertama yaitu mengajar dengan alat atau atas dasar perjuangan insan sedangkan cara kedua yaitu mengajar tanpa alat atau tanpa perjuangan manusia. Walaupun berbeda keduanya berasal dari satu sumber yaitu Yang Mahakuasa swt.[5] Menurut ilmuwan obyek ilmu meliputi alam bahan dan non bahan maka utuk meraih imlu memakai tatacara dan sarana tertentu. Al-Quran telah mengisyaratkan ada 4 sarana untuk meraih ilmu, yaitu pendengaran, penglihatan dakal dan hati. Sepeti yan tertulis dalam al-Quran surat An-Nahl ayat 78 yang temaktub diatas.

            Dalam pendidikan islam sanggup dibuktikan bahwa perintah Al-Quran ihwal menuntut ilmu tidaklah terbatas pada ajaran-ajaran syariah tertentu akan tetapi juga meliputi setiap ilmu yang mempunyai kegunaan bagi manusia. Untuk melaksanakan hal itu harus ditunjukan dan didefinisikan kewajiban dan tujuan seorang muslim dalam kehidupan di dunia. Yang Mahakuasa melalui kitabnya Al-Quran telah mengaskan bahwa semuanya akan kembali pada penciptanya.


" (yaitu) jalan Yang Mahakuasa yang Kepunyaan-Nya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa kepada Allah-lah kembali semua urusan." (QS As-Syura ; 53)


Tujuan penciptaan semua makhluknya termasuk jin dan insan yaitu semoga mereka menyembah dan mendekatkan diri kepada yang maha kuasa.(surat Adzariyat ayat 56)


"Dan Aku tidak membuat jin dan insan melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (QS Ad-Dzariyat : 56)

Dengan demikian tujuan utama insan yaitu mendekatkan diri kepada Yang Mahakuasa dan memperoleh ridhonya. Segala sesuatu yang mendekatkan diri kepada tuhannya dan petunjuk-petunjuknya pada arah tersebut yaitu terpuji. Ilmu hanya mempunyai kegunaan bila dijadikan alat untuk medekatkan diri kepada Allah, bila tidak maka ilmu akan mejadi penghalang besar.

            Ibadah kepada Yang Mahakuasa tidak hanya melalui shalat, puasa dan sebagainya. Akan tetapi setiap gerakan (aktifitas) menuju Taqaa\rrub (mendekatkan) diri kepada Yang Mahakuasa merupakan ibadah. Salah satu saran untuk mendekatkan diri kepada Yang Mahakuasa yaitu dengan memakai ilmu. Cara dan upaya untuk mendekatkan diri kepada Yang Mahakuasa diantaranya yaitu meningkatkan pengetahuan ihwal kebesaran Allah, membantu membuatkan masyarakat muslim dan merealisasikan tujuan-tujuannya. Membimbing orang lain membantu memecahkan aneka macam problem masyarakat. Dengan demikian sanggup disimpulkan bahwa setiap ilmu yang tidak menolong insan dijalan menuju Yang Mahakuasa diumpamakan keledai yang membawa mautan buku diatas yang tebal. “Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, Kemudian mereka tiada memikulnya yaitu ibarat keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Yang Mahakuasa itu. dan Yang Mahakuasa tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim." (QS Al-Jum’ah : 5)

Sayyid Qutb dalam tafsirnya Fi Dzilalil Quran menyampaikan bahwa dalam wahyu pertama bentuk atau pokok duduk perkara ilmu tidak disebutkan lantaran ia melihat ilmu secara umum. Lebih dari itu ayat ini mengisyaratkan seluruh ilmu yaitu pemberian Allah. Menuasia terdidik harus menyadari hal itu dan menghadapkan wajahnya untuk meraih ridha Yang Mahakuasa swt. Karena itu ilmu dihentikan menghalangi kekerabatan antara insan dan tuhannya. Ilmu yang memisahkan hati menusia dan [enciptanya tidak berarti kecuali penyimpangan dan penyelewengan dari asalnya dan melupakan tujuannya. Ilmu tidak memperlihatkan kebahagiaan kepada pemiliknya meupun kepada orang lain dan menjadi lantaran terjadinya kekejaman, ketakutan, kecemasan dan kehancuran. Hal ini lantaran sudah sesat arah, terasing dan kehilangan jalan menuju Allah.[6]

         

BAB III

PENUTUP


1.      Hakikat ilmu pengetahuan dalam al-Quran yaitu rangkaian acara insan dengan mekanisme ilmiah baik melalui pengamatan, pikiran sehat maupun intuisi serta mengandung nilai-nilai logika, estetika, hikmah, rahmah dan petunjuk bagi kehidupan insan baik di dunia maupun di kemudian hari. Al-quran banyak mengandung nilai-nilai empirik serta aba-aba yang diberikan pengetahuan baik melalui ayat-ayat tertulis yaitu al-Quran maupun ayat-ayat yang terbentang luas dialam semesta beserta isinya.

2.      Dugaan bahwa al-quran merupakan penghambat perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan yaitu tidak benar; dari hasil temuan di aneka macam ayat, tidak satupun yang melarang pengembangan ilmu pengetahuan, bahkan sebaliknya, al-quran selalu mendorong sampai-sampai "menentang" kepada insan untuk mempelajari seluruh alam semesta termasuk diam-diam dibalik alam fisik. Dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, al-quran sangat menekankan peranan pengamatan dan penalaran, demikian juga wahyu dan inspirasi mempunyai peranan yang sangat besar terutama dalam mengungkap, memahami dan membuatkan rahasia-rahasia dibalik alam fisik.

3.      Pengetahuan yang semula untuk kesejahteraan, ketenangan dan ketentraman, telah berubah dan cenderung pada perusakan alam bahkan pada pemusnahan manusia, hal ini lantaran tidak dilandasi oleh nilai-nilai etik moral dan agama sebagai landasan ilmuwan. Ini semua sangat bertentangan dengan anjuran bahkan perintah Yang Mahakuasa swt., melalui al-quran untuk memakmurkan alam dan semua isinya. Dengan kata lain penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi bagaimanapun tidak sanggup bebas dari nilai.




DAFTAR PUSTAKA


Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi Dan Modernisasi Menuju Millenium Baru (Jakarta: penerbit Kalimah, 2001)

M. Quraisy Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudlu’I Atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1999, cet IX)

Sayyid Qutb, Fi Zilalil Quran, Jilid VI, hal 262-263.

Sulaiman Noordin, Sains Menurut Pespektif Islam (Kualalumpur, Malaysia:PT Dwi Rama, 2000)

[1] Sulaiman Noordin, Sains Menurut Pespektif Islam (Kualalumpur, Malaysia:PT Dwi Rama, 2000) hal 1.

[2] Maksudnya: Yang Mahakuasa mengajar insan dengan perantaraan tulis baca.

[3] Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi Dan Modernisasi Menuju Millenium Baru (Jakarta: penerbit Kalimah, 2001),13.

[4] M. Quraisy Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudlu’I Atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1999, cet IX), 435-436.

[5]

[6] Sayyid Qutb, Fi Zilalil Quran, Jilid VI, hal 262-263.

Related Posts

Comments

Subscribe Our Newsletter